Saturday, May 2, 2020

Akhirnya, Pentagon rilis video fenomena UFO


Cuplikan video yang menunjukkan benda terbang tak dikenal

Washington - Departemen Pertahanan AS ( PENTAGON ) secara resmi telah merilis tiga video pendek yang menunjukkan "fenomena udara tak dikenal" yang sebelumnya telah dirilis oleh perusahaan swasta.


Video tersebut menunjukkan benda asing terbang dan bergerak cepat saat direkam oleh kamera inframerah. Pilot Angkatan Laut AS yang merekam kejadian tersebut memberikan reaksi kagum melihat benda asing tersebut bergerak dengan cepat dan berspekulasi bahwa itu bisa saja sebuah drone.

Angkatan Laut AS sebelumnya mengakui kebenaran video tersebut pada bulan September tahun lalu. Mereka secara resmi merilisnya sekarang, "untuk meluruskan kesalahpahaman ditengah publik tentang apakah rekaman yang telah beredar itu benar atau tidak", kata Sue Gough ( juru bicara Pentagon ).

Angkatan Laut AS sekarang memiliki pedoman resmi untuk bagaimana pilotnya dapat melaporkan kemungkinan jika mereka melihat UFO.

Video-video Angkatan Laut AS pertama kali dirilis antara Desember 2017 dan Maret 2018 oleh To The Stars Academy of Arts & Sciences, sebuah perusahaan yang didirikan oleh mantan musisi Blink-182 Tom DeLonge, mereka menyatakan telah mempelajari informasi tentang fenomena udara tak dikenal tersebut.

Pada 2017, salah satu pilot yang melihat salah satu objek tak dikenal pada tahun 2004 mengatakan bahwa benda tersebut bergerak dengan cara yang tak biasa bahkan dia tak bisa menjelaskannya.

"Saat saya dekati, sontak benda tersebut terbang dengan cepat melaju ke selatan, dan menghilang dalam waktu kurang dari dua detik," kata pensiunan pilot Angkatan Laut AS David Fravor. 

Pentagon sebelumnya telah mempelajari rekaman kontak visual dengan benda tak dikenal sebagai bagian dari program rahasia yang ditutup sejak diluncurkan atas perintah mantan Senator Harry Reid dari Nevada. Program ini diluncurkan pada 2007 dan berakhir pada 2012, menurut Pentagon, karena mereka menilai ada prioritas yang lebih tinggi yang membutuhkan pendanaan.

Namun demikian, Luis Elizondo, mantan kepala program rahasia, mengatakan bahwa ia secara pribadi percaya "ada bukti yang sangat kuat bahwa kita mungkin tidak sendirian."

Friday, August 2, 2019

F/A-18E Super Hornet jatuh, pilot dikabarkan tewas

F/A-18E Super Hornet dari satuan Strike Fighter Squadron VF-151
Satu unit Pesawat Tempur F/A-18E Super Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat dikabarkan jatuh pada hari rabu dan menewaskan pilotnya.

Jet tempur tersebut jatuh saat sedang melakukan latihan rutin di Gurun California tepatnya dekat dengan area Naval Air Weapons Station China Lake milik Angkatan Udara AS.
Dalam peristiwa ini sebanyak 7 orang pengunjung terluka di Taman Nasional Death Valley dimana tempat tersebut sering digunakan untuk menyaksikan Pesawat Tempur melakukan aksi high-speed pass melewati jurang yang dijuluki Star Wars Canyon.

"Pesawat Tempur tersebut berasal dari Strike Fighter Squadron VF-151 yang berbasis di Naval Air Station Lemoore, California, melakukan latihan rutin "Vigilantes", dan jatuh disebelah timur Naval Air Station China Lake pada pukul 09.50 pagi waktu setempat", kata juru bicara Angkatan Laut AS Letnan Cmdr. Lydia Bock.
Dan sampai saat ini penyebab kecelakaan masih dalam proses penyelidikan.

Saat Raptor mengalami masalah pada kulit silumannya


Salah satu unit F-22 Raptor dari tim demo yang tampil pada event EAA Airventure air show 2019 di Oshkosh, Wisconsin menjadi sorotan lantaran satu unit F-22 Raptor sepertinya mengalami masalah pada bagian lapisan luar, tepat di area luar sekitar kokpit.



Seperti dalam foto, bagian tersebut nampaknya mengalami masalah korosi yang relatif ekstrim dan terlihat seperti ada lubang menganga pada area depan kokpit Raptor.

Majalah The Drive mengungkapkan bahwa faktor-faktor lingkungan ini bertanggung jawab atas sebagian besar situasi di mana bahan siluman mulai terkelupas dari lambung pesawat. Drive mengungkapkan bahwa pemeliharaan lapisan LO adalah salah satu hal yang membuat biaya operasional F-22 sangat mahal - sekitar $ 60.000 / 1 jam terbang.

Tidak hanya membutuhkan material mahal yang memungkinkan jet untuk menyerap sebagian besar gelombang radar dan tetap tidak terdeteksi, tapi juga banyak waktu untuk menerapkannya pada komponen F-22.

Selain itu, proses tersebut harus dilakukan dalam kondisi lingkungan tertentu, pada suhu dan tingkat kelembaban tertentu, agar berhasil, dan banyak pangkalan militer AS tidak memiliki kemewahan seperti itu. Tempat tertutup dengan atmosfir yang diatur sedemikian rupa membantu mengatasi masalah seperti ini, tetapi tidak semua pangkalan memiliki fasilitas seperti itu.

Hal ini menambah tingkat kemampuan misi yang relatif rendah dari Raptor, hanya sekitar 50% dari pesawat yang siap untuk melakukan sorti. The Drive mencatat bahwa beberapa F-22 sengaja dikeluarkan dari perawatan pelapisan LO biasa, yang biasanya terjadi saat bahan material penyerap radar ( RAM ) kondisinya mulai memburuk lebih dari 10%. Satu unit Raptor tersebut tidak memerlukan perlindungan radar karena hanya digunakan untuk sesi pelatihan pilot dan pertunjukan udara saja. Sisanya disimpan agar siap digunakan disetiap misi.

Sumber : The Drive

Tuesday, July 30, 2019

Akhirnya Su-57 Pak-Fa mulai diproduksi secara massal


Su-57 Pak-Fa
Rusia akhirnya memulai produksi massal pesawat tempur siluman Generasi ke-5 Sukhoi Su-57. Sukhoi Aircraft Company, yang merupakan bagian dari United Aircraft Corporation Rusia, merilis brosur pada peringatan ke-80 pada hari Senin yang mengungkapkan bahwa kontrak dengan Kementerian Pertahanan telah ditandatangani untuk lebih dari 70 unit jet Su-57 berkursi tunggal. Pesawat tempur Rusia adalah satu-satunya pesawat tempur Generasi ke-5 yang dapat dibandingkan dengan jet F-22 Raptors dan F-35 Lightning II dari Amerika Serikat.

"Sistem penerbangan multinasional generasi kelima, yang memiliki peralatan onboard yang sangat cerdas, hampir tidak terlihat dan juga ditandai oleh garis besar intersepsi target udara dan penghancuran target darat. Produksi massal diluncurkan pada 2019 dan kontrak jangka panjang ditandatangani dengan Departemen Pertahanan untuk mengirim lebih dari 70 unit pesawat, "menurut brosur yang diterbitkan oleh Sputniknews.com.

Kantor berita Rusia TASS mengutip kantor Wakil Perdana Menteri Yuri Borisov yang mengatakan bahwa Perusahaan Pesawat Sukhoi telah mulai menerapkan kontrak Su-57. "Sebuah kontrak negara ditandatangani di pameran senjata internasional Angkatan Darat 2019 antara Kementerian Pertahanan Rusia dan Perusahaan Sukhoi untuk pengiriman sejumlah jet tempur generasi kelima Su-57. Sukhoi telah mulai memenuhi kewajiban kontraktualnya," Kantor Borisov dilaporkan menurut TASS.

Angkatan Udara Rusia telah memesan 76 unit pesawat Su-57 dan pesawat pertama akan dikirim sebelum akhir 2019. Su-57, yang pertama kali terbang pada 29 Januari 2010, telah diuji dalam kondisi tempur di Suriah.



Rusia juga menawarkan Su-57 ke Angkatan Udara India dengan Wakil Direktur Layanan Federal untuk Kerjasama Militer dan Teknis Rusia (FSMTC) Vladimir Drozhzhov mengatakan bahwa kedua negara "harus melanjutkan proyek ini".

Sebelumnya pada Maret 2019, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa IAF akan tertarik memiliki Su-57, yang ia sebut sebagai jet stealth supersonik terbaru di dunia.

Manturov juga menunjukkan bahwa Rusia dan India berbagi ikatan pertahanan yang dalam dan yang terakhir adalah pembeli terbesar senjata yang diproduksi oleh Rusia. India dan Rusia telah bermitra selama pengembangan awal Su-57, yang kemudian dikenal sebagai Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation (PAK FA atau T-50). Kemudian IAF memiliki beberapa keraguan tentang kemampuan Su-57 dan menarik diri dari program tetapi tetap membuka pintu dengan menyatakan bahwa ia akan bergabung kembali dengan proyek yang menjadi perhatiannya.

Bahkan Kepala Udara IAF Marsal Birender Singh Dhanoa mengatakan kepada surat kabar militer Rusia Krasnaya Zvezda selama kunjungannya pada 9-12 Juli bahwa India akan menerima telepon tentang Su-57 hanya setelah memasuki layanan dengan Angkatan Udara Rusia. Rusia akan secara resmi mengungkap versi ekspor Su-57 selama Dubai Air Show November 2019. Pesawat tempur itu akan disebut Su-57 E (ekspor).

Di sisi lain, F-22 dan F-35 sudah beroperasi dengan Angkatan Udara AS. Beberapa sekutu dekat AS termasuk Inggris, Italia, Belanda, Australia, Kanada, Denmark, Norwegia, Belgia, Jepang, Korea Selatan, Israel dan Singapura juga mengoperasikan F-35.

Beberapa Teknologi yang mungkin diterapkan pada pesawat tempur masa depan


Hari ini Pesawat tempur sedang berada di era Generasi ke-5, Generasi yang mungkin mengharuskan Jet tempur tersebut memenuhi syarat diantaranya : memiliki kemampuan siluman ( sulit terlacak radar ), kemampuan BVR ( Beyond Visual Range ), kemampuan peperangan elektronik ( EW ), super maneuverability, Radar dan avionik terbaru, dll.
Pernah anda bayangkan seperti apa teknologi pesawat tempur generasi masa depan ?
Mari kita bahas.

Peningkatan Kemampuan Siluman
Teknologi siluman saat ini hanya sebatas mampu mengecoh radar musuh sehingga sulit terdeteksi dengan mengandalkan rekayasa bentuk airframe ( Radar Absorbing Structure ) dan lapisan material penyerap gelombang radar ( Radar Absorbing Material ) sehingga gelombang elektromagnetik yang dipancarkan radar musuh dapat diserap dan dialihkan sehingga tidak kembali ke Receiver radar lawan, dan hasilnya tidak terlacak oleh radar musuh.
Dimasa depan mungkin teknologi siluman mampu membuat pesawat tempur tidak hanya sulit dideteksi radar tapi juga sulit dilihat oleh mata.
Ya, mampu menghilang seluruhnya.

Bukan tidak mungkin, hal ini mampu dilakukan dengan cara menerapkan material buatan yang mampu membelokkan gelombang cahaya sehingga permukaan pesawat dapat menghilang dari pandangan.


Dilengkapi Teknologi Kecerdasan Buatan ( AI )
Cuplikan video yang memperlihatkan Komputer cerdas Ucav EDI

Artificial intelligence ( AI ) atau kecerdasan buatan sangat mungkin diterapkan pada pesawat tempur di masa depan, dengan adanya Teknologi ini, pesawat tempur mampu melakukan monitoring keadaan pesawat, memperhitungkan tingkat ancaman musuh, collateral damage sehingga mampu menekan angka korban sipil di daerah sekitar target, identifikasi jenis target, mampu memberi solusi kendala misi dilapangan, memilih senjata yang sesuai dengan target, kalkulasi jumlah persenjataan dan bahan bakar yang tersisa, dan mampu memutuskan sendiri keputusan yang mungkin sulit diambil oleh pilot dikeadaan yang sulit saat melakukan misi, kemampuan seperti ini ada Pesawat tempur fiksi UCAV EDI


Kecepatan Hypersonic

Pesawat militer tercepat berawak
saat ini mungkin SR-71 Blackbird masih memegang rekor pesawat militer tercepat sepanjang sejarah yang mampu menembus kecepatan mach 3.25 ( 4.023 km/jam ) diatas ketinggian yang tinggi.
Pesawat tempur dimasa depan mungkin mengharuskan memiliki kemampuan menembus kecepatan suara ( hypersonic ), hal ini dapat mempersingkat waktu saat melakukan misi darurat, misalkan pesawat berada di homebase dan target berada di belahan bumi lainnya, dengan kecepatan hypersonic, pesawat mampu menjangkau target hanya beberapa jam saja atau mungkin tak sampai satu jam.


Senjata laser

Senjata Laser kini masih dikembangkan oleh beberapa negara salah satunya Amerika Serikat, sistem yang bernama Self-protect High Energy Laser Demonstrator ( SHiELD ) sukses menembak jatuh beberapa Rudal di udara dalam uji coba di darat.
Keunggulan Senjata ini adalah kecepatan menembak target setara kecepatan cahaya dan memiliki magasin yang tak terbatas, hal ini sangat berperan saat dalam situasi pertempuran jarak dekat ( Dogfight ), namun senjata laser ini masih terkendala karena membutuhkan daya yang sangat besar untuk sekali menembak dan kabarnya tahun 2021 AS akan melakukan uji coba pada pesawat tempur, kita tunggu saja hasilnya.


First look, first shot, first kill

Ya mungkin kata2 tersebut layak dipenuhi oleh pesawat tempur masa depan, kemampuan yang mengharuskan pesawat tempur melihat musuh pertama kali dan menembak musuh tanpa disadari, ini sangat berpengaruh memegang kunci kemenangan pada arena pertempuran.
Untuk melihat musuh lebih cepat ini merupakan tugas radar, radar diharuskan memiliki kemampuan pendeteksian yang lebih jauh dibandingkan radar musuh, hasilnya pesawat tempur melihat musuh lebih cepat dari pada musuh.

Menembak musuh tanpa terdeteksi mungkin mempengaruhi keadaan arena pertempuran, hal ini ada tugas dari kemampuan BVR ( Beyond Visual Range ) kemampuan ini mampu mengunci target diluar jangkauan mata dan daya jelajah rudal yang sangat jauh, dan pada saat radar mendeteksi target diluar jangkauan mata, rudal bisa diluncurkan dari jarak jauh dan menghancurkan target lebih cepat tanpa harus terlibat pertempuran jarak dekat ( doghfight ).


Beberapa teknologi diatas hanya konsep semata dan mungkin ada lebih banyak teknologi canggih yang akan diterapkan pada Jet tempur generasi berikutnya yang saat ini masih dikembangkan.

Monday, July 29, 2019

India terima Batch pertama helikopter serang AH-64E Apache dari Boeing



Perusahaan Boeing mengirimkan empat helikopter serang AH-64E Apache pada hari sabtu kemarin kepada Angkatan Udara India, dan ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Hindan.
Dan Boeing telah mengumumkan bahwa empat Apache lainnya akan tiba minggu depan.

Delapan unit Apache tersebut kemudian akan dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Pathankot untuk induksi formal oleh IAF, pada bulan September. 
Pada tahun depan, IAF akan mengoperasikan armada 22 Apache.

Dalam hal ini Helikopter serang AH-64E akan menggantikan helikopter serang Mi-35 asal Soviet yang sudah usang dan telah beroperasi selama empat dekade, meskipun baru-baru ini Mi-35 telah diupgrade untuk dapat melakukan misi malam hari.

22 unit Apache akan terbagi menjadi dua skuadron dan masing-masing skuadron dilengkapi 10 unit Apache, dan dua helikopter lainnya sebagai cadangan.
Selain itu, India bermaksud untuk menambah tiga skuadron Apache untuk setiap korps serang mekanik: Korps 1 berbasis di Mathura, Korps 2 berbasis di Ambala dan Korps 31 berbasis di Bhopal. Selain enam Apache yang sudah dipesan, India kemungkinan akan memesan Apache sekitar tiga puluh unit lagi.


Sementara itu, Boeing telah mengirimkan lebih dari 2.200 Apache ke 14 pelanggan di seluruh dunia. Helikopter itu telah menjalani sekitar satu juta jam misi dalam konflik dari Perang Teluk Pertama pada tahun 1991 ke pertempuran yang sedang berlangsung di Afghanistan sekarang ini.

Sunday, July 28, 2019

AS tak berikan F-35 ke Turki, Erdogan : "Kami akan cari ke tempat lain"


Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan berpaling ke tempat lain untuk memperoleh jet tempur jika Amerika Serikat (AS) tetap tidak mau menjual pesawat jet tempur siluman F-35 ke Turki.

Pekan lalu Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya mengeluarkan Turki dari program F-35. Alasannya, Turki mengabaikan peringatan Amerika Serikat langkah turki mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
AS juga mengancam akan menjatuhkan sanksi pada Turki, namun Ankara mengabaikannya.

Untuk pertama kali dalam 11 hari, Erdogan berbicara secara terbuka tentang menegangnya hubungan Turki dan Amerika Serikat mengatakan pada hari Jumat (26/7/2019) bahwa keputusan Washington untuk mengusir Ankara dari program F-35 tidak akan menghalangi Turki untuk memenuhi kebutuhannya.


"Apakah Anda tidak memberi kami F-35? Oke, kami akan mengambil tindakan tentang masalah ini dan kami akan berpaling ke tempat lain," kata Erdogan pada pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)-nya di Ankara.

Pemimpin Turki itu berharap para pejabat AS akan menggunakan alasan yang masuk akal soal masalah sanksi.

Lebih lanjut, Erdogan menegaskan kembali soal jadwal operasional sistem pertahanan rudal S-400. "Pada musim semi mendatang, insya Allah pada bulan April 2020, kami akan dapat mulai menggunakan sistem ini," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo meminta Turki untuk tidak mengoperasikan sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia atau akan dijatuhi sanksi tambahan.

Friday, July 26, 2019

Kapal Pimpinan KRI Raden Eddy Martadinata (331)



KRI Raden Eddy Martadinata bernomor lambung 331 merupakan kapal PKR SIGMA 10514 pertama dari 2 kapal yang dibangun di galangan kapal dalam negeri PT. PAL Indonesia, satu kapal lainnya adalah KRI I Gusti Ngurah Rai dengan nomor lambung 332, bekerja sama dengan perusahaan kapal  Belanda Damen Schiede Naval Ship Building (DSNS).

KRI RE Martadinata-331 menjadi kapal kelima yang menerapkan teknologi SIGMA. Kapal kombatan ini mampu melaju hingga kecepatan 28 knot dan didesain untuk menjalankan berbagai misi yaitu peperangan anti kapal permukaan, peperangan anti kapal selam (ASW),  peperangan anti serangan udara dan peperangan elektronika (EW).
Meriam OTO Melara 76mm
KRI Raden Eddy Martadinata-331 dilengkapi dengan meriam utama OTO Melara 76mm Super Rapid Gun.

Rudal Exocet MM40 Block 3
Serta dilengkapi dengan Rudal Exocet MM40 Block 3 yang jarak jangkaunya bisa mencapai 180-200 kilometer.

Rudal VL Mica
Selain itu, ada juga rudal anti serangan udara  Mica yang dirancang efektif dan dapat menyergap sasaran sejauh 20-25 kilometer dengan ketinggian 9144 meter.

Peluncur Decoy Terma SKWS DLT-12T
Kapal perang ini juga dilengkapi dengan Terma SKWS DLT 12T decoy launcher yang mampu membelokkan arah rudal, mengacaukan sensor rudal, mengacaukan jammer hingga mengecoh gelombang infra merah  dan frekuensi radio yang digunakan Rudal udara ke permukaan ( ASM ).

Torpedo A-244S
Selain itu, KRI RE Martadinata juga dilengkapi dengan Torpedo ringan A-244S, Torpedo ini mempunyai kemampuan khusus mengincar sasaran di perairan dangkal.

Oerlikon Millenium 35mm buatan Swiss
dan serta Meriam Close In Weapon System (CIWS) Oerlikon Millenium 35mm untuk menangkis serangan udara serta ancaman permukaan jarak dekat.
Atas teknologi yang ada di dalamnya. kapal ini dikukuhkan sebagai Kapal Pimpinan.

Jet Tempur Korea Selatan luncurkan ratusan tembakan peringatan terhadap Pesawat militer Rusia


Korea Selatan mengatakan pihaknya menembakkan ratusan tembakan peringatan ke sebuah pesawat militer Rusia setelah memasuki wilayah udara teritorialnya.  Serangan itu akan menjadi yang pertama antara kedua negara dalam sejarah baru-baru ini.

Pertemuan itu berlangsung Selasa, ketika Rusia dan Cina sedang melakukan patroli udara bersama di Asia Pasifik.  Korea Selatan mengatakan pesawat dari kedua negara tersebut memasuki zona identifikasi pertahanan udara di atas rantai pulau yang disengketakan di Laut Timur (juga dikenal sebagai Laut Jepang).

Korea Selatan mengatakan, pesawat komando dan kontrol Rusia A-50 diganggu dua kali, mendorongnya untuk menembakkan lebih dari 300 tembakan peringatan.  Rusia mengatakan sedang terbang di atas perairan netral, dan bahwa jet Korsel membahayakan pesawat mereka.

Peter Layton, mantan pilot dan analis Angkatan Udara Australia di Griffith Asia Institute, menyebut konfrontasi militer "luar biasa" dan "masalah yang sangat serius" dalam sebuah wawancara dengan NPR.

Jepang juga mengatakan pesawat A-50 Rusia masuk ke wilayah udara mereka, mendorongnya untuk mengirim jet tempur sebagai aksi tanggapan. Insiden itu terjadi di dua pulau kecil yang diklaim oleh Korea Selatan dan Jepang, yang dikenal sebagai Dokdo untuk Korea, dan Takeshima pang.

Layton mengatakan langkah terkoordinasi China dan Rusia mungkin merupakan upaya untuk mengumpulkan intelijen. "Saya berasumsi bahwa salah satu alasannya adalah bahwa mereka berharap bahwa Korea Selatan dan Jepang akan meluncurkan beberapa jet tempur mereka untuk mencegat beberapa pembom, dan A-50 dapat mengumpulkan informasi intelijen tentang peluncuran mereka. pesawat, dan bagaimana penyadapan itu dilakukan, "kata Layton.

Pesawat A-50 Rusia yang melanggar teritorial di wilayah udara Dokdo Takeshima

Jonathan B. Miller, seorang rekan senior di Institut Urusan Internasional Jepang di Tokyo, mengatakan langkah itu mungkin merupakan upaya Rusia dan China untuk melemahkan AS. ' jaringan sekutu di Asia Pasifik.


"Ini dilakukan diatas Dokdo Takeshima, yang juga merupakan klaim teritorial yang disengketakan antara Jepang dan Korea Selatan, yang keduanya merupakan sekutu AS," kata Miller.

"Jadi itu membuat ini semakin membingungkan, dengan Korea Selatan yang menembakkan sinyal peringatan jet Rusia, dan kemudian Jepang mengajukan protes bahwa Korea Selatan tidak boleh menembak, karena itu adalah wilayah Jepang," kata Miller. "Itu adalah poin penting juga, karena itu menunjukkan bahwa jika ini adalah langkah yang diatur oleh Rusia dan China, itu semacam dilakukan untuk memilah perselisihan antara dua sekutu penting AS," kata Miller.

Sementara Rusia dan China memiliki minat yang berbeda, Miller mengatakan, "Satu hal yang mereka lakukan adalah menyatu dengan posisi melemahnya AS di kawasan itu, dan aliansi AS di kawasan itu."

Hubungan antara Korea Selatan dan Jepang sudah memburuk sebelum patroli militer hari Selasa. Kedua negara terlibat dalam sengketa perdagangan dan wilayah, NPR Michael Sullivan baru-baru ini melaporkan, dan mereka masih memperhitungkan "kemarahan yang tersisa" dari Perang Dunia II, ketika Jepang menduduki Korea Selatan. Seperti yang dilaporkan Sullivan, ikatan-ikatan yang pecah itu dapat memiliki implikasi keamanan yang mendalam untuk aliansi antara AS, Jepang dan Korea Selatan, dan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh negara-negara seperti Rusia atau Cina.

Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, mengatakan bahwa patroli udara yang terkoordinasi antara Rusia dan China bisa menjadi upaya untuk mengirim pesan tentang meningkatnya ikatan dan kekuatan mereka di wilayah tersebut.

"Tantangan strategis ke posisi [AS] di Pasifik barat sedang tumbuh. Itu adalah sinyal yang mungkin ingin mereka kirimkan," kata Schuster. "Ada berbagai macam faktor untuk menunjukkan bahwa itu adalah waktu, dan tujuannya. Dari sudut pandang kami, kami melihatnya dan berkata, Rusia bisa menjadi kekuatan di Eropa ... Cina bisa menjadi kekuatan di Asia .. . Jika mereka bekerja bersama, kita punya masalah strategis yang lebih besar. "

Setelah pertemuan hari Selasa yang menegangkan, Jepang dan Korea Selatan telah mengajukan keluhan dengan Rusia dan China, dan Korea Selatan telah memperingatkan akan mengambil tindakan yang lebih kuat jika Rusia mencoba melakukan manuver yang sama lagi.

Penasihat Keamanan Nasional A. John Bolton tiba di Korea Selatan pada hari Selasa, di mana ia bertemu dengan para pejabat Korea Selatan. Laporan AP melaporkan bahwa Bolton meminta konsultasi erat antara Washington dan Seoul untuk menangani insiden serupa di masa depan.

Thursday, July 25, 2019

Tank Siluman yang tak kunjung diproduksi


Konsep Tank PL-01 dikembangkan bersama oleh OBRUM dari Polandia dan BAE Systems dari Inggris. Pengembangan dimulai pada tahun 2013.

Mock up tank pertama kali diungkapkan kepada publik pada tahun yang sama. Saat ini Tank PL-01 hanya sebagai demonstran teknologi. Direncanakan bahwa prototipe yang berfungsi penuh akan selesai pada 2016. Tank ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan Angkatan Darat Polandia.

Beberapa sumber bahkan melaporkan bahwa Tank ini bisa beroperasi pada 2018. Namun akhirnya PL-01 tidak pernah melewati tahap prototipe. Saat ini Angkatan Darat Polandia mengoperasikan sekitar 900 tank tempur utama, termasuk Tank buatan lokal Polandia PT-91 Twardy dan German Leopard 2. Dan juga ada sekitar 400 MBT T-72 dalam penyimpanan. Awalnya direncanakan bahwa sekali dalam produksi, PL-01 juga akan diusulkan untuk pelanggan ekspor.


Pada tahun 2010 tank prototipe Anders lain terungkap di Polandia. Sejumlah besar kendaraan lapis baja sedang dikembangkan pada platform Anders. Ini termasuk kendaraan tempur infanteri, kendaraan fire support, pembawa rudal anti-tank dan lainnya. PL-01 juga dapat dilihat sebagai versi Anders yang telah di-uparmored.

PL-01 didasarkan pada Light Tank Swedia CV90120-T. Ini juga berbagi beberapa kesamaan dengan Light Tank Anders, yang didasarkan pada platform yang sama. Berat Tank PL-01 diklaim 35 t. Sumber lain melaporkan bahwa tank tersebut dapat berbobot sekitar 45-50 t.

Tank PL-01 direncanakan akan memiliki perlindungan modular dengan lapis baja-aramid multi-layer. Modul add-on tambahan yang rusak akan mudah diganti dalam kondisi apapun dilapangan. 
Diklaim bahwa armor depan dengan add-on armor akan memberikan perlindungan terhadap putaran penindikan armor 30- atau 40 mm. Direncanakan bahwa perlindungan add-on akan melawan putaran penindikan armor 14,5 mm. Tingkat perlindungan seperti itu membuat kendaraan ini lebih dekat ke Light Tank modern daripada Main Battle Tank sebenarnya. 
Lambung PL-01 akan memiliki tingkat perlindungan yang tinggi terhadap ranjau darat dan IED. Tank ini dirancang untuk menahan ledakan setara dengan 10 kg TNT di mana saja di bawah lambung. 
Direncanakan bahwa sistem perlindungan aktif akan diintegrasikan, Pemadaman kebakaran otomatis dan sistem perlindungan NBC akan dipasang.

Tank ini memiliki menara tanpa awak. Amunisi disimpan di kompartemen terpisah dengan panel blow-out. Direncanakan bahwa Tank akan dipersenjatai dengan pistol 120 mm, dilengkapi dengan autoloader. Pistol ini akan mampu menembakkan semua amunisi tank 120 mm standar NATO. Dikatakan bahwa tank ini akan mampu meluncurkan misil anti-tank dengan cara yang sama seperti putaran biasa. Sekitar 40 putaran direncanakan akan dilakukan untuk meriam utama, termasuk 12-16 putaran siap pakai. Meskipun itu tidak diketahui apakah mungkin untuk mengisi ulang autoloader di medan perang. Direncanakan bahwa sebuah tank dengan senapan 105 mm akan diusulkan untuk pelanggan ekspor.

Ada senapan mesin koaksial 7,62 mm. Juga ada stasiun senjata yang dikendalikan dari jarak jauh, dipersenjatai dengan senapan mesin 7,62 mm lainnya. Atau stasiun senjata dapat dilengkapi dengan senapan mesin berat 12,7 mm atau peluncur granat otomatis 40 mm.


Direncanakan bahwa sistem pengendalian kebakaran canggih dari Tank akan memiliki kemampuan Hunter-Killer. Sistem manajemen medan perang juga direncanakan akan dipasang.

PL-01 menggunakan teknologi siluman. Ini memiliki kamuflase termal yang membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dengan sensor termal. Dikatakan bahwa seluruh Tank akan ditutup dengan bahan penyerap gelombang radio. Namun tidak diketahui apakah bentuk sudut Tank ini dimaksudkan untuk mengurangi penampang radar atau hanya untuk memberikan tampilan yang lebih futuristik.

Tank ini memiliki tiga awak, termasuk komandan, penembak, dan pengemudi. Komandan dan penembak masuk dan meninggalkan kendaraan melalui pintu belakang. Amunisi juga dimuat melalui pintu belakang. Tank ini memiliki kemampuan untuk membawa hingga empat tentara tambahan di dalam lambung menggantikan amunisi.


PL-01 didasarkan pada sasis dari Swedia CV90 IFV Swedia yang telah ada selama beberapa waktu dan direkomendasikan dengan baik. Kompartemen engine terletak di bagian depan lambung. Direncanakan bahwa Tank ini akan ditenagai oleh mesin diesel yang dikembangkan sekitar 1.000 hp, kemungkinan berasal dari Jerman. Transmisi otomatis juga masuk perencanaan.
Dikatakan bahwa PL-01 akan memiliki kecepatan hingga 50 km / jam.



Friday, July 19, 2019

Mengenal JAS-39 Gripen E/F, si Pesawat cerdas


Gripen E/F dikembangkan untuk melawan dan mengalahkan ancaman paling canggih di ruang pertempuran modern dan terus berkembang untuk mengimbangi tantangan baru. SAAB telah

membangun sistem pesawat tempur yang cerdas dan dengan cepat merangkul teknologi dan taktik baru dengan cara yang akan selalu membuat SAAB unggul. Itu sebabnya dengan Gripen E/F, selalu unggul.

Gripen E/F selalu didepan


Di medan perang modern, pesawat tempur harus bertindak di lingkungan ancaman tinggi seperti ruang udara yang diperebutkan dan menangani Sistem Pertahanan Udara Terpadu. Gripen E / F membawa berbagai tindakan aktif dan pasif untuk mengganggu upaya musuh dan melindungi dirinya sendiri dan unit kawan lainnya. Sistem peperangan elektroniknya yang canggih, mirip dengan perisai elektronik, memungkinkan terganggunya kemampuan musuh menurunkan fungsi musuh secara efektif. Hal ini dapat digunakan untuk membantu penghancuran aset musuh atau hanya untuk mengurangi pemahaman dan kemampuan musuh untuk bereaksi.

Semua untuk memastikan keberhasilan misi, menggunakan persenjataan dan langkah-langkah penanggulangan terbaru. Kebebasan bertindak ini memungkinkan pilot Gripen E / F mengalahkan ancaman apa pun, di mana pun dan pulang dengan selamat.

Melihat apa yang tak terlihat


Kemampuan untuk menyerang atau menilai posisi musuh adalah fitur utama Gripen E / F. Gripen menggunakan semua data yang tersedia di battle cloud- baik yang berasal dari pesawat tempur Gripen atau unit berbasis udara, darat atau laut lainnya, dan menggabungkannya secara lokal di setiap platform, tetapi SAAB juga menggabungkan secara global dari beberapa unit Gripen.

Hasilnya: Kami dapat melihat apa yang tak terlihat.

Gripen E / F mengurangi kemungkinan terdeteksi dengan mengandalkan sensor pasifnya, atau melalui gangguan aktif. Ini berarti bahwa senjata dapat digunakan baik di luar titik dimana posisi lawan dapat merespons dan tanpa mereka sadari Gripen ada di sana.

Mengendalikan secara Intuitif


Ketika berada di puncak misi yang kompleks, otak manusia hanya dapat menangani sejumlah input sekaligus. Gripen E / F mencapai keseimbangan optimal antara ruang keputusan pilot dan pesawat tempur, membiarkan kecerdasan pesawat mengambil peran yang lebih besar.

Kecerdasan pejuang Gripen E / F memiliki kemampuan untuk bekerja secara mandiri pada beberapa area secara bersamaan, dan dapat memberikan saran kepada pilot. Saran mulai dari apa saja antara pemilihan senjata dan manuver penuh pesawat, dapat berbagi dan menampilkan informasi taktis yang tepat, pada saat yang tepat memberikan gambaran ruang pertempuran yang dioptimalkan. Ini memungkinkan pilot Gripen untuk memegang kendali secara intuitif.

Beradaptasi dengan cepat dan tetap relevan


Gripen E / F adalah satu-satunya petarung yang dengan cepat beradaptasi dengan perkembangan yang sedang berlangsung dan tetap relevan dari waktu ke waktu. Dilengkapi dengan arsitektur avionik yang cerdas, algoritma lama dapat diganti dengan yang baru tanpa mengurangi ketersediaan pesawat yang tinggi. Arsitekturnya juga merupakan dasar untuk membuat pembaruan perangkat keras dan persenjataan yang cepat, dengan tingkat perubahan yang tinggi untuk setiap negara pelanggan. Dengan itu, Gripen E / F tidak hanya menjadi petarung cerdas saat ini tapi ia juga dirancang untuk menjadi petarung cerdas bagi generasi yang akan datang. Itu tidak hanya memungkinkan Anda untuk mengikuti evolusi, tetapi juga memungkinkan Anda untuk memimpinnya. Inilah yang SAAB buat dan apa yang membedakan Gripen E / F dari pesawat tempur lainnya.

Fitur Gripen E / F

Misi Gripen E/F dapat dibandingkan dengan permainan catur skala besar, di mana pejuang memungkinkan Anda untuk mendapatkan kesadaran situasi yang tepat untuk mengomunikasikan informasi yang tepat untuk mengambil keputusan yang memadai. Analogi yang sama dengan permainan catur berlaku terlepas dari misi apa yng akan di aktifkan, apakah udara ke udara, pengintaian atau udara ke darat. Dalam semua kasus, pesawat tempur membutuhkan seperti berikut ini:

- Informasi
- Pergerakan
- Senjata

Pesawat tempur Gripen E / F dilengkapi dengan teknik terbaru yang tersedia di 3 hal tersebut. Di sini SAAB menyajikan beberapa fitur yang membuat Gripen E / F menjadi pesawat tempur cerdas.


AESA adalah singkatan dari Active Electronically Scaned Array, berbeda dengan radar generasi sebelumnya, AESA tidak hanya memiliki satu antena tetapi juga array yang penuh dengan antena kecil, yang disebut elemen. Ini berarti radar dapat secara bersamaan dan independen melacak target yang berbeda, dan juga melacak target secara independen dari volume pencarian.


Gripen E / F adalah Pesawat yang memiliki kemampuan Network Centric dan dapat berkomunikasi dua cara dengan semua unit bersenjata, memiliki sistem hubungan data multi-frekuensi yang aman dan memberikan kesadaran situasi secara total. Informasi yang diperoleh bersama dengan informasi tentang setiap posisi Gripen, status bahan bakar dan status senjata dibagikan dengan pesawat Gripen lainnya melalui tautan data.


Gripen E / F dibangun untuk daya tahan tinggi di lingkungan pertempuran. Taktik Gripen didasarkan pada penggunaan berbagai kemampuan peperangan elektronik secara cerdas. RWR (Radar Warning Receiver) adalah sumber untuk sensor yang akurat mendeteksi ancaman yang dipancarkan seperti radar. Dan sistem Missile Approach Warning (MAW) dapat mendeteksi dan melacak semua jenis rudal yang masuk dalam area pendeteksiannya.


IRST sistem elektro-optik yang dipasang di bagian atas hidung, tepat di depan kanopi, dan sedang menantikan sektor luas yang untuk melacak emisi panas dari pesawat lain, helikopter dan dari benda-benda di permukaan tanah dan laut.


Hampir semua senjata dapat diintegrasikan, memberikan Gripen E / F fleksibilitas senjata yang sangat tinggi. Ini sebagian karena arsitektur avionik yang fleksibel. Karena kemudahan integrasi senjata baru yang terdokumentasi dengan baik, Gripen menjabat sebagai platform uji utama untuk Meteor ( Rudal Udara ke Udara jarak jauh )


Sistem EW yang sangat canggih dapat berfungsi sebagai sensor pasif atau aktif, peringatan untuk rudal atau radar yang mengunci pesawat, hal ini juga dapat digunakan untuk serangan elektronik dan mengganggu radar lawan. Digabungkan dengan tindakan pencegahan seperti chaff and flare, sistem EW dapat meningkatkan kemampuan bertahan hidup.

Kemampuan Multi-role


Gripen E / F memiliki senjata untuk semua jenis misi, mulai dari bom berpemandu untuk tingkat akurasi yang tinggi terhadap target dan dapat meminimalisir collateral damage, hingga rudal udara-ke-udara yang lincah dan gesit serta persenjataan berat anti-kapal.

Gripen E kursi tunggal dilengkapi dengan senapan Mauser BK27 27 mm yang dapat digunakan dalam serangan udara ke permukaan terhadap sasaran darat dan laut dan cocok untuk misi patroli udara. Gripen E / F juga dapat membawa pod dan sensor untuk misi pengintaian khusus diantaranya Litening, Reccelite, DJRP dan MRPS pod.

Wednesday, July 17, 2019

Lagi, Rusia menawarkan Su-57 Stealth Fighter kepada India



Industri pesawat militer Rusia sekali lagi telah menawarkan Angkatan Udara India (IAF) untuk bersama-sama mengembangkan varian pesawat tempur Sukhoi Su-57 jet tempur siluman pertama yang dirancang dan dikembangkan oleh Rusia.
"Saya percaya bahwa kita harus melanjutkan proyek ini, Rusia terbuka untuk itu," Wakil Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Militer dan Teknis, Vladimir Drozhzhov, mengatakan pada 9 Juli. "Kami siap dan mengusulkan program ini kepada mitra kami yaitu India"

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada tahun 2018 India mundur dari project pengembangan dan produksi Su-57 bersama Rusia, yang dikenal di India sebagai Project Perspektif Multi-role Fighter (PMF). Proyek bersama berdurasi satu dasawarsa ini dipelopori oleh Hindustan Aeronautics Limited (HAL) yang dikelola pemerintah dan Sukhoi Rusia yang bertujuan untuk merancang dan memproduksi varian Su-57. Alasan untuk India menarik diri dari Project kerjasama ini karena penolakan Rusia untuk berbagi Source Code pada Komputer pesawat dan mission softwaresoftware. Tanpa source code, IAF tidak akan mampu meningkatkan jet tempur tanpa dukungan Rusia di masa depan.

IAF juga telah berulang kali mengkritik kinerja pesawat dalam penerbangan uji coba khususnya pada mesin Su-57. IAF juga prihatin dengan ketidakmampuan pesawat untuk memenuhi persyaratan yang mengharuskan Su-57 memiliki karakteristik " Low Observability " yang telah ditetapkan pada awal project ini dimulai, yang mengalami beberapa penundaan.

Penundaan disebabkan oleh New Delhi dan Moskow yang tidak setuju atas banyak aspek mendasar dari proyek pengembangan bersama termasuk pekerjaan dan pembagian biaya, teknologi pesawat, serta jumlah pesawat yang dipesan. Setelah mengevaluasi prototype pertama PAK FA T-50 [Su-57] (prototipe Rusia dari PMF), IAF menginginkan lebih dari 40 perubahan yang menangani antara lain, kelemahan yang dirasakan pada mesin, kemampuan siluman, dan kemampuan membawa persenjataan.


Kedua belah pihak juga gagal memahami jumlah pesawat yang akan diproduksi:

Rusia pada akhir 2015 mengumumkan bahwa mereka hanya akan meluncurkan satu skuadron (18-24 pesawat) dari pesawat tempur PAK FA, dan membeli pesawat Sukhoi Su-35 tambahan sebagai gantinya. Kesepakatan asli pengadaan Su-57 Rusia sebanyak 250 unit dan India 144 unit pesawat dengan biaya sekitar $ 30 miliar pada tahun 2022.

Akibatnya, India mengancam untuk meninggalkan proyek secara keseluruhan. Rusia pada akhirnya membuat sejumlah konsesi termasuk tawaran untuk mengurangi kontribusi keuangannya dari $ 6 miliar menjadi $ 3,7 miliar untuk tiga prototipe PAK FA T-50 dan transfer teknologi yang substansial.

Bahkan jika industri pertahanan Rusia mengijinkan IAF memiliki akses penuh ke sumber kode software pada komputer pesawat, tidak mungkin b Rusia akan mampu mengatasi berbagai kekurangan yang diklaim dari Su-57 untuk kepuasan militer India dalam jangka waktu yang wajar.

Rusia juga menawarkan India varian ekspor Su-57, yaitu Su-57E. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin sampai saat ini tidak menyetujui Su-57E untuk penjualan diluar Rusia.

Khususnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada 2018 bahwa mereka tidak akan memproduksi secara massal Su-57. Namun, Mei ini Putin mengumumkan bahwa Angkatan Udara Rusia akan melantik 76 Su-57 pada tahun 2028. Awalnya, Kremlin telah berkomitmen untuk membeli hanya 16 jet pada tahun 2027.

Industri pesawat militer Rusia mengumumkan pada Juni bahwa mereka siap untuk mulai memproduksi pesawat secara massal. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, juga mengungkapkan tahun ini biaya per unit Su-57 dan peralatan terkait turun sebesar 20 persen. Dia tidak menjelaskan mengapa pesawat tiba-tiba menjadi lebih murah.

Angkatan Udara Rusia diperkirakan akan menerima pengiriman dua prototype terbaru Su-57 pada akhir 2019 dan dua pesawat lagi pada tahun 2020. Sebanyak 10 prototipe Su-57 saat ini sedang menjalani tes pengujian dan evaluasi.


Sumber : The Diplomat

Friday, July 12, 2019

Mengenal Helm Pilot Tercanggih milik F-35



Pada briefing pers tahun 2015, Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal Mark A. Welsh III mengatakan. "Helm itu lebih dari sekadar helm, helm itu bisa dikatakan sebagai ruang kerja ," katanya tentang helm yang diciptakan untuk pilot F-35 Lightning II.
"Ini adalah interpretasi dari ruang pertempuran dan kesadaran situasional. Ini adalah helm pilot yang sebenarnya, kita harus membuat sesuatu yang baru. "

Majalah Wired mencoba Helm yang mereka sebut." The Economist: "Topper's Topper."
Helm ini menggabungkan rangkaian sensor, teknologi Night Vision, sistem informasi yang ditampilkan secara penuh, pelacakan garis pandang berdasarkan pergerakan kepala, dan perangkat lunak penargetan, semuanya dirancang untuk memberikan penglihatan super, ini dirancang agar pilot dapat memlih untuk menghindari sensor yang berlebihan. Setelah diperiksa, segala informasi pesawat akan ditampilkan pada layar HUD pada kaca depan berupa informasi seperti kecepatan udara, pos, ketinggian, tingkat pendakian, dan informasi tentang perbedaan pesawat kawan dan lawan di arena pertempuran yang sama.

Seorang pilot dapat mengetuk layar sentuh pada panel avionik didalam kokpit atau menekan satu tombol pada control stick untuk memilih di antara tiga fitur yaitu video real-time dari apa yang terjadi di luar pesawat, citra termal, atau penglihatan Malam.


Helm itu memiliki kemampuan untuk mengikuti pandangan pilot. Saat kepalanya bergerak, begitu juga menggerakkan umpan data, menampilkan video dari enam kamera yang terletak di badan pesawat F-35. Sistem aperture terdistribusi - satu kamera dipasang di depan kokpit, belakang pesawat, dan empat sisanya berada di bawah badan pesawat - memberikan pilot setara dengan penglihatan X-ray: Ketika dia melihat ke bawah, dia dapat melihat langsung menembus badan pesawat.

Seorang pilot dapat menunjukkan bahwa ia dapat mencapai perspektif yang sama dengan cepat menggulingkan pesawat ke tepi curam dan memandang keluar sisi kokpit. Helm tersebut bisa menayangkan pandangan tentang target darat.

Untuk mengikuti arah yang dilihat pilot, dan pada gilirannya mengarahkan pandangan yang sesuai ke visor, helm harus merasakan posisi dan orientasinya. Hal itu bergantung pada medan magnet yang dihasilkan oleh pemancar di kursi pilot. Saat kepala pilot bergerak, sensor pada helm mendeteksi perubahan di lapangan. Idealnya tampilan akan mengikuti secara instan dan mulus.

Di bawah kokpit pada badan pesawat F-35, sebuah jendela sapphire crystal seberat 200 pound menampilkan sejumlah data hasil dari sensor ke komputer, yang kemudian menampilkannya pada visor helm. (USAF / Penerbang Senior Christopher Callaway)


“Ada banyak faktor yang perlu bekerja sama dengan baik,” kata Joe Ray, seorang manajer di Rockwell Collins – ESA Vision Systems, yang menyediakan sistem tampilan helm. Jika pengembang melakukan tes dan melihat kinerja yang tidak mereka harapkan, dia berkata, "kami membawa pilot kembali dan kami menduplikasi [menemukan] itu di lab."

Untuk penargetan, sistem yang dikembangkan Elbit bekerja melacak posisi helm untuk menentukan ke mana arah pandangan pilot. Jika pilot telah memilih sistem Electro-Optical Targeting System (EOTS), citra yang dilihatnya berasal dari sensor di jendela di bawah kokpit yang mencakup kamera inframerah yang tampak ke depan dan radar pencari inframerah. Sistem ini juga menyediakan informasi seperti identitas target dan jarak bahkan menyarankan senjata apa yang harus digunakan.

Agar sistem pelacakan berfungsi, helm harus pas. Pemindaian 3D dibuat dari kepala pilot dan dimasukkan ke dalam basis data pusat. Dari situ, teknisi mengembangkan perangkat lunak yang menggerakkan mesin penggilingan untuk memotong liner busa dengan laser. Mata pilot diukur dengan pupilometer untuk menyelaraskan paket optik pada pelindung ke dalam jarak dua milimeter untuk memastikan bahwa gambar yang diproyeksikan ke dalam pelindungnya menyatu dengan bidang pandang alami pilot.

Ketika pilot kembali untuk pemasangan akhir liner ke kulit terluarnya, visor dan display feed-nya disesuaikan untuk memastikan bahwa hanya gambar tunggal yang muncul pada visor. Teknisi menghabiskan empat jam selama periode dua hari untuk membentuk liner helm ke kepala pilot untuk memastikan bahwa sensor optik helm selaras dengan pandangan pilot. Pengukuran juga memastikan bahwa helm bersandar pada kepala pilot sehingga pusat gravitasinya sejajar dengan tulang belakang pilot untuk mencegah cedera leher saat manuver high-G.

Cangkang helm terbuat dari Kevlar yang merupakan bahan yang digunakan dalam rompi anti peluru, dan kain serat karbon, yang dibentuk dengan mengaplikasikan resin di bawah panas tinggi ke serat sintetis. Pola kotak-kotak berasal dari tenunan polos dari serat karbon yang bersilangan pada sudut 90 derajat untuk membentuk produk yang ultralight — 4,8 pound — dan 50 kali lebih kuat dari baja karbon. Visor polikarbonat helm menonjol seperti bola lampu, tetapi cangkang itu lebih ramping daripada helm sebelumnya dan mengintegrasikan fitur-fitur seperti kacamata night-vision, yang mengharuskan perbaikan perangkat keras yang terpisah ke titik pemasangan eksternal. Cangkang bagian dalam helm membutuhkan setidaknya empat jam pemasangan khusus untuk setiap pilot sebelum dipotong oleh laser agar presisi dan memastikan bahwa pelacakan mata dan tampilan visor tetap selaras bahkan selama manuver high-G. (Alan Lessig / Military Times)

Meskipun penglihatan malam helm tersedia, sistem ini juga mengalami kesulitan selama pengembangan. Night vision adalah topik pada konferensi komite uji keselamatan F-35 baru-baru ini, yang terdiri dari pilot F-35 dan insinyur yang bekerja pada program tersebut. Panitia melihat video dari tes pendaratan November 2016 yang menunjukkan tampilan penglihatan malam helm yang tidak berfungsi dengan baik. Untuk pengujian, F-35B, varian short-take-off / landing vertikal (STOVL) dari Lightning II, mendarat secara vertikal di kapal serbu amfibi USS America. Pilot uji melaporkan bahwa "ada sesuatu yang mengaburkan" umpan night-vision ke layar helm. Pilot tetap melanjutkan tes dan mendarat dengan selamat.

Erik Gutekunst, seorang insinyur penerbang yang berkualitas mengikuti tes, dia mengatakan insiden itu memberinya "heebie-jeebies." Dia menambahkan: "Menjadi sangat jelas bahwa gambar yang sedang ditampilkan tidak memuaskan untuk segala jenis operasi disekitar kapal. ” dan hal ini sudah teratasi dengan perbaikan pada software.


Karena helm dibuat khusus dan diperkirakan harganya masing-masing $400.000, pilot tidak menggunakannya selama pelatihan terbang dan simulator; mereka hanya menggunakan maket sebagai gantinya. Tidak sampai mereka ditugaskan ke skuadron F-35 berstatus aktif, pilot menerima helm paling kompleks yang pernah dibuat.

Akhirnya, Pentagon rilis video fenomena UFO

Cuplikan video yang menunjukkan benda terbang tak dikenal Washington - Departemen Pertahanan AS ( PENTAGON ) secara resmi telah merilis tig...